Sumber Kesaksian: Beni Lefaa
Berawal dari masa kecil yang kurang kasih sayang, Beni bertumbuh menjadi anak yang sangat keras. Beni sendiri mengakui bahwa ia tidak terlalu menikmati masa kanak-kanaknya dengan baik. Pemicunya karena ia tidak menemukan kasih sayang dari orang tua dan didikan orang tuanya yang sangat keras.
"Kami setiap hari angkat air untuk memenuh drum dan bak mandi. Sementara jarak dari rumah ke tempat air itu 300 meter. Setiap hari saya mengangkat air ada kekecewaan dan kekesalan dan ada pemberontakan dalam hati. Ada rasa kesal dan benci sama papa...."
Apabila Beni melakukan kesalahan, ia akan menerima hukuman yang berlanjut dengan pukulan dari papanya. Karena itu ia bertumbuh dengan akar kepahitan dengan orang tua terutama terhadap papanya dan di akhir masa kecilnya ia telah masuk ke dalam pergaulan yang sangat buruk.
"Kelas 5 SD saya sudah mengenal minuman keras dan hal-hal yang negatif....."
Dan iapun mulai mengenal kehidupan di jalan. Kehidupan jalanan itulah yang membawa Beni menjadi seorang pemuda berandalan sampai ia merantau di Jakarta. Iapun terjebak makin dalam sampai ke obat-obatan terlarang dan akhirnya sering terlibat perkelahian di jalan-jalan dan perkelahian antar geng.
"Kami berantam dan kami ribut dengan aparat keamanan. Namun itu tidak berpengaruh pada saya karena ada kekuatan yang saya miliki yaitu yang ada disamping kanan dan kiri saya berupa ilmu gelap yang juga saya gunakan...."
Hari demi hari berlalu, Beni semakin terpuruk dalam kejahatan. Kejadian demi kejadian harus ia alami. Suatu saat Beni masuk ke rumah sakit selama 2 bulan dengan vonis dokter bahwa dirinya menderita tipes dan ginjal. Dokter katakan bahwa jika ia terlambat dibawa masuk rumah sakit, bisa-bisa tinggal jenasahnya saja yang dikirim pulang ke Papua. Tapi ketika dia sembuh dari penyakit itupun, dia mulai kembali terpuruk dengan pikiran-pikiran dan hati yang kosong, hati yang gundah gulana, dan dia mulai kembali ke kota bertemu dengan teman-teman dan ikut melakukan kejahatan lagi.
Hingga suatu hari, ia terlibat perkelahian dimana ia sendiri harus berhadapan dengan beberapa pemuda karena teman-temannya meninggalkannya.
"Mereka kepung saya dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi ketika itu saya masih sempat memanggil nama Yesus. Dan dalam ketakutan itu saya berteriak "Yesus tolong!". Dan ketika saya panggil Yesus itu saya melihat mereka tidak bergerak dan mereka itu kaku. Dan saat itu saya mulai lari keluar dari gang........."
Ternyata mara bahaya, penderitaan dan sakit penyakit, tidak membuat Beni sadar akan perbuatannya yang jahat.
"Ketika itu saya mulai pakai motor, saya ngebut dan saya tabrak mobil dari arah depan saya dan saya langsung masuk dibawah mobil dengan motor saya. Motor itu hancur. Semua orang yang menyaksikan kejadian sore itu berpikir bahwa saya mati...."
Mobil tersebut mengerem, dan Beni yang terjebak dibawahnya mulai perlahan merayap keluar. Ia mulai berdiri dan menggerakkan badannya. Ajaibnya ia tidak apa-apa, hanya sedikit benjol pada kepala dan luka kecil pada tangan kirinya. Beni memutuskan untuk naik taksi pulang tanpa memperdulikan mobil, motor, maupun orang-orang yang berkerumun disekitarnya. Ketika Beni sampai dirumah, disitulah kesadarannya muncul. Ketika kesadaran itu muncul, ia tahu bahwa ia selamat karena Yesus. Ketika itu ia mulai menangis dan berteriak.
"Tuhan ampuni saya...ampuni saya...ampuni setiap dosa saya. Saya sudah hancur Tuhan! Inilah aku, utuslah aku, saya mau pergi kemana Engkau kehendaki..."
Tahun 2000 Beni Lefaa pulang dan bertemu dengan orang tuanya. Ketika itu dia tahu bahwa ia memiliki akar kepahitan terhdap papanya. Tapi ia datang kepada papanya dan menyatakan bahwa ia mengasihinya dan mengampuninya, dan mengakui bahwa selama ini ia sangat benci terhadap dirinya.
"Saya sangat sangat benci dan saya terluka....Tapi papa saya mau menerima saya dan saya mau menerima papa saya. Lalu kami membuat persekutuan dan Puji Tuhan sebelum mama dan papa saya meninggal, kami sudah adakan pemberesan dalam hidup kami dan itu yang terindah dalam hidup saya. Dan saya mulai melihat apa yang saya terima dari Yesus sampai detik ini, yaitu kasih yang tidak berubah......"
Tetapi apabila pernah dikatakan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" (Ibrani 3:15)